
Bentang Ondol Sewu Meter
Aku
bernama Rani, anak pertama dari dua bersaudara. Aku tinggal di sebuah desa
kecil di Kabupaten Banjarnegara. Bagiku desaku bagaikan surga yang tersembunyi
di lereng gunung. Wanayasa itulah nama desaku. Desa kecil di bawah kaki gunung
Raga Jembangan dengan gemericik suara air terjun, hamparan tanah yang subur dan
pemandangan indah serta udara yang segar.
Aku
mempunyai sepupu di Jakarta bernama Katrin. Liburan sekolah kali ini Katrin dan
keluarganya berlibur ke rumahku setelah 3 tahun terakhir tidak pulang kampong
halaman. Katrin keluar dari mobil dan langsung menghampiriku. “Indah dan sejuk
sekali desamu, Ran!” kalimat pertama yang Katrin sampaikan.
Aku
menjawab, “Begilah desaku, semoga kamu bisa menikmati liburan dengan bahagia di
sini. Istirahat saja dulu. Besok aku ajak menikmati liburan dengan melihat
pesta rakyat tahunan yang ada di desaku.” “Baiklah Ran, tak sabar aku menanti
besok hari.” jawab Katrin sambil bergegas menuju kamar.
Pagi
pun datang. Mentari mulai menyinari bumi. Ayam jantan berkokok membangunkanku.
Aku bergegas bangun, kemudian merapikan tempat tidur. Setelah itu aku salat
subuh berjamaah dengan orang tuaku. Seperti hari biasa, setelah salat subuh aku
langsung mandi kemuadian membantu ibu merapikan rumah.
Ketika
aku sedang menyapu Katrin keluar dari kamar dengan pakaian yang sudah rapi.
“Ran, ayo katanya kamu mau mengajak aku melihat pesta rakyat di desamu!” ajak
Katrin dengan penuh semangat. “Oh ya, sebentar ya aku selesaikan menyapu dulu.”
Jawabku. “Oke, aku tunggu di sambil menonton TV, ya” kata Katrin. Aku hanya
mengangguk. Selesai menyapu aku langsung menghampiri Katrin untuk sarapan
sebelum pergi.
Ayah,
ibu, paman dan bibi ternyata sudah menunggu kami di meja makan untuk sarapan.
“Itu mereka sudah datang, ayo kita sarapan dulu sebelum kalian jalan-jalan!”
ajak ibu. Selesai sarapan kami langsung pamit untuk melihat pesta rakyat di
desaku.
Di
tengah perjalanan katrin bertanya, “Apa nama pesta rakyat yang ada di desamu, Ran?”
Aku menjawab, “Bentang Ondol Sewu Meter.” Kegiatan ini digagas oleh Seniman
Muda Wanayasa yang tergabung dalam komunitas Sendawa. Katrin mengangguk dan
bertanya kembali. “Bentang Ondol Apa itu Ondol?”
Ondol
adalah makanan khas dari Wanayasa yang terbuat dari bahan dasar singkong. Setelah
dikupas, dicuci bersih, singkong diparut, diperas, dan dicampur dengan aneka bumbu
seperti garam, irisan bawang, dan lainnya. Setelah adonan tercampur merata
kemudian dibuat bulatan-bulatan kecil sebesar bola bekel untuk digoreng. Setelah
berwarna kuning keemasan ondol diangkat dan ditusuk atau disindik dengan bilah bambu.
Tak
terasa perjalan kami sampai lokasi pembuatan ondol. Terlihat para peracik ondol
sibuk bekerja. “Katrin, ini yang namanya ondol, kamu bisa mencicipinya!” kataku
sambil memberikan beberapa butir ondol yang siap makan. “Wah, enak! Rasanya
gurih dan bikin ketagihan!” kata Katrin.
Setelah
mencicipinya katrin bertanya, “Ondol sebanyak ini mau diapain?” Aku pun dengan
cepat menjawab, “Ondol yang telah matang disindik dengan bilah bamboo lalu
dibungkus plastik dan siap dibentangkan” Katrin segera menimpali, “Wah, seperti
itu ya, mulai kapan?” “Acaranya nanti setelah zuhur” jawabku.
Katrin
mengangguk. Tak terasa azan duhur berkumandang. Kami bergegas salat dan makan
siang, kemudian kami berangkat menuju lapangan Kertiyasa, Wanayasa. Sesampai di
lapangan rupanya sudah banyak pengunjung yang ingin menyaksikan acara tahunan
ini. Kami segera mencari tempat yang nyaman di pinggir lapangan.
Tak
berapa lama menunggu acara segera dimulai. Sang pembentang ondol sewu meter
dari siswa-siswi SMP Negeri 1 Wanayasa dan MBS Wanayasa dengan berpakaian jarit
memasuki area pembetangan dengan diiringi musik dan atraksi yang memukau. Selesai
dibentangkan semua ondol yang ada diperebutkan untuk para penonton. Momen ini merupakan
puncak dari seluruh rangkaian kegiatan bentang ondol.
Akhirnya,
pesta rakyat dengan tajuk Bentang Ondol Sewu Meter usai. Aku dan Katrin
bergegas pulang dengan membawa ondol. Walau badan terasa letih namun hal ini
menjadi pengalaman yang berkesan.
Khanza Nur Aqilah
Kelas
6
SD
Negeri 1 Wanayasa, Banjarnegara